Jaman sebelum elektronik berkembang, orangtua atau pun kakek nenek
kita sering kali membawa uang tunai dalam dompetnya dalam jumlah
lembaran yang banyak. Apalagi ketika pulang kampung atau wisata
keluarga. Hasilnya adalah dompet mereka setebal hamburger. Atau memiliki
banyak kantong di gespernya seperti Bang Ben.
Dari kondisi tersebut, karena ketidakpraktisan dan cenderung beresiko
tindakan pencurian, muncul ide cashless. Tanpa bawa uang tunai, sudah
bisa membayar sesuatu. Ketika teknologi elektronik berkembang pesat,
bermula dari berkembangnya ATM (Anjungan Tunai Mandiri / Automated
Teller Machine), sedikit banyak masyarakat sudah mengurangi jumlah uang
tunai yang ada didalam dompetnya hanya untuk keperluan emergency saja.
Jika kurang, bisa langsung ke ATM untuk mendapatkan tunai tambahan.
Sejalan dengan suksesnya ATM, Kartu ATM pun semakin populer, hingga
bisa digesek di EDC Swipe dan ditambah dengan pengaman PIN. EDC yang
biasa digunakan untuk memproses kartu kredit pun didesign untuk
mendukung kartu ATM. Otomatis, hampir seluruh toko memiliki mesin EDC
yang dapat memproses kartu ATM atau biasa disebut juga sebagai Kartu
Debit. Kemudian, seiring perkembangan, ATM dengan PIN ini mulai dinilai
kurang praktis karena harus memasukan PIN yang butuh waktu untuk
melakukannya. Disinilah cikal bakal konsep Uang Elektronik atau E-Wallet
itu. Yaitu bagaimana membuat alat pembayaran menggunakan kartu (APMK)
ini lebih praktis tanpa menggunakan PIN.
sumber : andorulez.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar